Suatu hari Sultan Meurah mendapat khabar perihal kerisauan rakyatnya di suatu tempat, kemudian ia mengunjungi tempat tersebut yakni sebuah desa di pinggiran Kuta Raja untuk mengetahui lebih lanjut unek-unek rakyatnya. “Tuanku banyak ternak kami raib ketika berada di bukit Lamyong,” keluh seorang peternak. “Terkadang bukit itu menimbulkan gempa bumi sehingga sering terjadi longsor & membahayakan orang yg kebetulan lewat dibawahnya,” tambah yg yang lain. “Sejak kapan kejadian itu?” Tanya Sultan Meurah. “Sudah lama Tuanku, menjelang Ayahanda Tuanku mangkat,” jelas yg lain. Sesampai di istana Sultan mengundang sahabatnya Renggali, adik dr Raja Linge Mude. “Dari dahulu gue heran dgn bukit di Lamnyong itu,” kata Sultan Meurah. “Mengapa ada bukit memanjang disana padahal disekitarnya rawa-rawa yg selalu berair,” sambung Sultan Meurah. “Menurut kisah orang renta, bukit itu tiba-tiba timbul pada suatu malam,” terperinci Renggali, “abang hamba, Raja Linge Mude, curiga akan bukit itu ketika pertama sekali ke Kuta Raja, seperti bukit itu mamanggilnya,” tambahnya. “Cobalah kau-sekalian cari tahu ada apa sesungguhnya dgn bukit itu!” Perintah Sultan. Maka berangkatlah Renggali menuju bukit itu, ia menelusuri setiap jengkal & sisi bukit tersebut, mulai dr pinggir bahari di utara sampai ke kesisi selatan, “bukit yg gila, “bisik Renggali dlm hati. Kemudian ia mendaki potongan yg lebih tinggi & bangun di atasnya, tiba-tiba dr belahan di bawah kakinya mengalir air yg hangat. Renggali terkejut & melompat kebawah sambil berguling. “Maafkan hamba putra Raja Linge!” Tiba-tiba bukit yg tadi di pinjaknya bersuara. Renggali terkejut & secepatnya bersiap-siap, “siapa engkau?” Teriaknya. Air yg mengalir semakin banyak dr bukit itu membasahi kakinya, “hamba naga sobat ayahmu,” terdengar jawaban dr bukit itu dikuti bunyi gemuruh. Renggali sungguh terkejut & di perhatikan dgn seksama bukit itu yg berbentuk kepala ular raksasa walaupun di penuhi semak belukar & pepohonan. “Engkaukah itu? Lalu di mana ayahku? Tanya Renggali. Air yg mengalir bertambah banyak & menggenangi kaki Renggali. “Panggilah Sultan Alam, hamba akan buat pengakuan!” Isak bukit tersebut. Maka terburu-buru Renggali pergi dr tempat abnormal tersebut. Sampai di istana hari sudah gelap, Renggali menceritakan peristiwa gila tersebut pada Sultan. “Itukah Naga Hijau yg menghilang bersama ayahmu?” Tanya Sultan Meurah penasaran. “Mengapa ia ingin menemui ayahku, apakah ia belum tahu Sultan sudah mangkat?” tambah Sultan Meurah. Maka berangkatlah mereka berdua ke bukit itu, sesampai disana tiba-tiba bukit itu bergemuruh. “Mengapa Sultan Alam tak datang?” Suara dr bukit. “Beliau sudah lama mangkat, telah lama sekali, kenapa keadaanmu seperti ini Naga Hijau? Kami mengira kau-sekalian sudah kembali ke negeri mu, lalu dimana Raja Linge?” Tanya Sultan Meurah. Bukit itu begemuruh keras sehingga membuat ketakutan orang-orang tinggal akrab bukit itu. “Hukumlah hamba Sultan Meurah,” pinta bukit itu. “Hamba sudah berkhianat, hamba patut dieksekusi,” lanjutnya. “Hamba sudah mencuri & menghabiskan kerbau putih kado dr Tuan Tapa untuk Sultan Alam yg diamanahkan pada kami & hamba sudah membunuh Raja Linge,” jelasnya. Tubuh Renggali bergetar mendengar penjelasan Naga Hijau, “bagaimana mampu ananda membunuh sahabatmu sendiri?” Tanya Renggali. “Awalnya hamba diperintah oleh Sultan Alam untuk mengantar hadiah berupa pedang pada teman-sahabatnya, semua sudah sampai hingga tinggal 2 bilah pedang untuk Raja Linge & Tuan Tapa, maka hamba mengunjungi Raja Linge terlebih dahulu, beliau pula berniat ke tempat Tuan Tapa untuk mengambil obat istrinya, sesampai di sana Tuan Tapa menitipkan 6 ekor kerbau putih untuk Sultan Alam, kerbaunya besar & gemuk. Karena ada amanah dr Tuan Tapa maka Raja Linge menetapkan ikut mengirimkan ke Kuta Raja, karena itu kami kembali ke Linge untuk mengantar obat istrinya. Namun di sepanjang jalan hamba tergiur ingin menyantap daging kerbau putih tersebut maka hamba mencuri 2 ekor kerbau tersebut & hamba menyantapnya, Raja Linge ketakutan & mencari pencurinya lalu hamba memfitnah Kule si raja harimau selaku pencurinya, kemudian Raja Linge membunuhnya. Dalam perjalanan dr Linge ke Kuta Raja kami beristirahat di tepi sungai Peusangan & terbit lagi selera hamba untuk melahap kerbau yg enak itu, kemudian hamba mencuri 2 ekor lagi, Raja Linge marah besar lalu hamba memfitnah Buya si raja buaya selaku pencurinya maka dibunuhlah buaya itu. Saat akan masuk Kuta Raja, Raja Linge membersihkan diri & bersalin pakaian ditepi sungai, lalu hamba mencuri 2 ekor kerbau & menyantapnya tetapi kali ini Raja Linge mengetahuinya kemudian kami bertengkar & laga, Raja Linge memiliki peluang membunuh hamba tetapi ia tak melakukannya sehingga hamba lah yg membunuhnya,” dongeng naga sambil berurai air mata. “Maafkanlah hamba, hukumlah hamba!” terdengar isak tangis sang naga. Mengapa kau-sekalian terjebak disini?” Tanya Sultan Meurah. “Raja Linge menghujamkan pedangnya ke serpihan badan hamba sehingga lumpuhlah badan hamba kemudian terjatuh & menindihnya, suatu pukulan Raja Linge ke tanah membuat tanah terbelah & hamba tertimbun di sini bersamanya,” terperinci sang naga. “Hamba mendapatkan kondisi ini, biarlah hamba mati & terkubur bareng sahabat hamba,” pinta Naga Hijau. “Berilah ia hukuman Renggali, kau-sekalian & abangmu lebih berhak menghukumnya,” kata Sultan Meurah. “Ayah hamba tak mau membunuhnya, terlebih hamba, hamba akan membebaskannya,” jawab Renggali. “Tidak! Hamba ingin di hukum sesuai dgn tindakan hamba,” pinta Naga Hijau. “Kalau begitu bebaskanlah dia!” Perintah Sultan Meurah. Maka berjalanlah mereka berdua mengelilingi badan naga untuk mencari pedang milik Raja Linge, setelah menemukannya, Renggali mempesona dgn kuat & terlepaslah pedang tersebut namun Naga Hijau tetap tak mau bergerak. “Hukumlah hamba Sultan Meurah!” Pinta Naga Hijau. “Sudah cukup hukuman yg ananda terima dr Raja Linge, putranya sudah membebaskanmu, pergilah ke negerimu!” Perintah Sultan Meurah. Sambil menangis naga tersebut memindah tubuhnya & perlahan menuju bahari. Maka terbentuklah suatu alur atau sungai kecil akhir pergerakan naga tersebut. Maka di kemudian hari kawasan di pinggiran Kuta Raja itu disebut Alue Naga, disana terdapat suatu sungai kecil yg disekitarnya di penuhi rawa-rawa yg selalu tergenang dr air mata penyesalan seekor naga yg sudah mengkhianati sahabatnya. Cerita Lainnnya ==>> Legenda Lutung Kasarung
CeritaRakyat Nusantara "Legenda Alue Naga". Suatu hari Sultan Meurah mendapat khabar tentang keresahan rakyatnya di suatu tempat, lalu beliau mengunjungi tempat tersebut yaitu sebuah desa di pinggiran Kuta Raja untuk mengetahui lebih lanjut keluhan rakyatnya. "Tuanku banyak ternak kami raib saat berada di bukit Lamyong," keluh seorang peternak.
Cerita Rakyat Alue Naga – Pada jaman dahulu kala ada sebuah sultan bernama Meurah yang akan mengunjungi daerah pedesaan di pinggiran kuta raja. Dan banyak sekali rakyat yang mengeluh akan kehilangan hewan-hewan ternaknya. Bahkan ada juga bencana alam yang sering terjadi seperti gempa dan membahayakan banyak orang. Raja memerintahkan renggali untuk menelusuri apa yang terjadi di bukit sana dan sesampainya di sana ia merasa ada yang aneh dengan bukit tersebut lalu ia menaiki lagi bukit itu yang tinggi saat itu dia bingung karena ada muncul air di bawah kakinya. Baca Juga Asal Mula Kota Bandung Dan tiba-tiba ada suara orang teriak minta maaf lalu setelahnya itu Renggali mengaku suara tersebut adalah naga sahabat ayahnya sungguh mengejutkan Renggali saat melihat ternyata bukit itu mirip sekali dengan kepala ular yang tertimbun semak belukar, dan naga itu meminta sultan alam untuk datang langsung menemuinya. Renggali yang hendak menceritakan kisahnya tersebut kepada sultan meurah sesudahnya sultan langsung beranjak ke bukit sesampainya di sana naga tersebut menceritakan kejadian hingga saat sultan alam meninggal dan ia terjebak di bukit ini, ia meminta untuk dihukum namun sang anak tidak ingin melakukannya ataupun menghukumnya. Karena ayahnya tidak ingin menghukumnya apalagi saya, akhirnya sang naga dibebaskan dan mereka mencoba untuk mencari pedang yang ditusukkan ke tubuhnya. Setelah pedang itu terlepas maka sang naga diminta secara langsung oleh sultan untuk kembali ke tempat asalnya yaitu di laut. Lalu dengan sedih hati naga tersebut mulai menggeser tubuhnya secara sedikit demi sedikit lalu menuju ke laut dan hal ini lah yang menyebabkan terbentuknya alur sungai kecil disekeliling dipenuhi dengan rawa-rawa air, dan sekarang sultan memberi nama daerah tersebut dengan Alue Naga. Baca Juga Cerita Rakyat Legenda Batu Raden
CeritaRakyat Nusantara | "Legenda Alue Naga". Suatu hari Sultan Meurah mendapat khabar tentang keresahan rakyatnya di suatu tempat, lalu beliau mengunjungi tempat tersebut yaitu sebuah desa di pinggiran Kuta Raja untuk mengetahui lebih lanjut keluhan rakyatnya. "Tuanku banyak ternak kami raib saat berada di bukit Lamyong," keluh seorang peternak.
Suatu hari Sultan Meurah mendapat khabar tentang keresahan rakyatnya di suatu tempat, lalu beliau mengunjungi tempat tersebut yaitu sebuah desa di pinggiran Kuta Raja untuk mengetahui lebih lanjut keluhan rakyatnya. "Tuanku banyak ternak kami raib saat berada di bukit Lamyong," keluh seorang peternak. "Terkadang bukit itu menyebabkan gempa bumi sehingga sering terjadi longsor dan membahayakan orang yang kebetulan lewat dibawahnya," tambah yang lainnya. "Sejak kapan kejadian itu?" Tanya Sultan Meurah. "Sudah lama Tuanku, menjelang Ayahanda Tuanku mangkat," jelas yang lain. Sesampai di istana Sultan memanggil sahabatnya Renggali, adik dari Raja Linge Mude. "Dari dulu aku heran dengan bukit di Lamnyong itu," kata Sultan Meurah. "Mengapa ada bukit memanjang disana padahal disekitarnya rawa-rawa yang selalu berair," sambung Sultan Meurah. "Menurut cerita orang tua, bukit itu tiba-tiba muncul pada suatu malam," jelas Renggali, "abang hamba, Raja Linge Mude, curiga akan bukit itu saat pertama sekali ke Kuta Raja, seolah-olah bukit itu mamanggilnya," tambahnya. "Cobalah engkau cari tahu ada apa sebenarnya dengan bukit itu!" Perintah Sultan. Maka berangkatlah Renggali menuju bukit itu, dia menelusuri setiap jengkal dan sisi bukit tersebut, mulai dari pinggir laut di utara sampai ke kesisi selatan, "bukit yang aneh, "bisik Renggali dalam hati. Kemudian dia mendaki bagian yg lebih tinggi dan berdiri di atasnya, tiba-tiba dari bagian di bawah kakinya mengalir air yang hangat. Renggali kaget dan melompat kebawah sambil berguling. "Maafkan hamba putra Raja Linge!" Tiba-tiba bukit yang tadi di pinjaknya bersuara. Renggali kaget dan segera bersiap-siap, "siapa engkau?" Teriaknya. Air yg mengalir semakin banyak dari bukit itu membasahi kakinya, "hamba naga sahabat ayahmu," terdengar jawaban dari bukit itu dikuti suara gemuruh. Renggali sangat kaget dan di perhatikan dengan seksama bukit itu yang berbentuk kepala ular raksasa walaupun di penuhi semak belukar dan pepohonan. "Engkaukah itu? Lalu di mana ayahku? Tanya Renggali. Air yang mengalir semakin banyak dan menggenangi kaki Renggali. "Panggilah Sultan Alam, hamba akan buat pengakuan!" Isak bukit tersebut. Maka buru-buru Renggali pergi dari tempat aneh tersebut. Sampai di istana hari sudah gelap, Renggali menceritakan kejadian aneh tersebut kepada Sultan. "Itukah Naga Hijau yang menghilang bersama ayahmu?" Tanya Sultan Meurah penasaran. "Mengapa dia ingin menemui ayahku, apakah dia belum tahu Sultan sudah mangkat?" tambah Sultan Meurah. Maka berangkatlah mereka berdua ke bukit itu, sesampai disana tiba-tiba bukit itu bergemuruh. "Mengapa Sultan Alam tidak datang?" Suara dari bukit. "Beliau sudah lama mangkat, sudah lama sekali, mengapa keadaanmu seperti ini Naga Hijau? Kami mengira engkau telah kembali ke negeri mu, lalu dimana Raja Linge?" Tanya Sultan Meurah. Bukit itu begemuruh keras sehingga membuat ketakutan orang-orang tinggal dekat bukit itu. "Hukumlah hamba Sultan Meurah," pinta bukit itu. "Hamba sudah berkhianat, hamba pantas dihukum," lanjutnya. "Hamba sudah mencuri dan menghabiskan kerbau putih hadiah dari Tuan Tapa untuk Sultan Alam yang diamanahkan kepada kami dan hamba sudah membunuh Raja Linge," jelasnya. Tubuh Renggali bergetar mendengar penjelasan Naga Hijau, "bagaimana bisa kamu membunuh sahabatmu sendiri?" Tanya Renggali. "Awalnya hamba diperintah oleh Sultan Alam untuk mengantar hadiah berupa pedang kepada sahabat-sahabatnya, semua sudah sampai hingga tinggal 2 bilah pedang untuk Raja Linge dan Tuan Tapa, maka hamba mengunjungi Raja Linge terlebih dahulu, beliau juga berniat ke tempat Tuan Tapa untuk mengambil obat istrinya, sesampai di sana Tuan Tapa menitipkan 6 ekor kerbau putih untuk Sultan Alam, kerbaunya besar dan gemuk. Karena ada amanah dari Tuan Tapa maka Raja Linge memutuskan ikut mengantarkan ke Kuta Raja, karena itu kami kembali ke Linge untuk mengantar obat istrinya. Namun di sepanjang jalan hamba tergiur ingin menyantap daging kerbau putih tersebut maka hamba mencuri 2 ekor kerbau tersebut dan hamba menyantapnya, Raja Linge panik dan mencari pencurinya lalu hamba memfitnah Kule si raja harimau sebagai pencurinya, lalu Raja Linge membunuhnya. Dalam perjalanan dari Linge ke Kuta Raja kami beristirahat di tepi sungai Peusangan dan terbit lagi selera hamba untuk melahap kerbau yang lezat itu, lalu hamba mencuri 2 ekor lagi, Raja Linge marah besar lalu hamba memfitnah Buya si raja buaya sebagai pencurinya maka dibunuhlah buaya itu. Saat akan masuk Kuta Raja, Raja Linge membersihkan diri dan bersalin pakaian ditepi sungai, lalu hamba mencuri 2 ekor kerbau dan menyantapnya tetapi kali ini Raja Linge mengetahuinya lalu kami bertengkar dan berkelahi, Raja Linge memiliki kesempatan membunuh hamba tetapi dia tidak melakukannya sehingga hamba lah yang membunuhnya," cerita naga sambil berurai air mata. "Maafkanlah hamba, hukumlah hamba!" terdengar isak tangis sang naga. Mengapa engkau terjebak disini?" Tanya Sultan Meurah. "Raja Linge menusukkan pedangnya ke bagian tubuh hamba sehingga lumpuhlah tubuh hamba kemudian terjatuh dan menindihnya, sebuah pukulan Raja Linge ke tanah membuat tanah terbelah dan hamba tertimbun di sini bersamanya," jelas sang naga. "Hamba menerima keadaan ini, biarlah hamba mati dan terkubur bersama sahabat hamba," pinta Naga Hijau. "Berilah dia hukuman Renggali, engkau dan abangmu lebih berhak menghukumnya," kata Sultan Meurah. "Ayah hamba tidak ingin membunuhnya, apalagi hamba, hamba akan membebaskannya," jawab Renggali. "Tidak! Hamba ingin di hukum sesuai dengan perbuatan hamba," pinta Naga Hijau. "Kalau begitu bebaskanlah dia!" Perintah Sultan Meurah. Maka berjalanlah mereka berdua mengelilingi tubuh naga untuk mencari pedang milik Raja Linge, setelah menemukannya, Renggali menarik dengan kuat dan terlepaslah pedang tersebut namun Naga Hijau tetap tidak mau bergerak. "Hukumlah hamba Sultan Meurah!" Pinta Naga Hijau. "Sudah cukup hukuman yang kamu terima dari Raja Linge, putranya sudah membebaskanmu, pergilah ke negerimu!" Perintah Sultan Meurah. Sambil menangis naga tersebut menggeser tubuhnya dan perlahan menuju laut. Maka terbentuklah sebuah alur atau sungai kecil akibat pergerakan naga tersebut. Maka di kemudian hari daerah di pinggiran Kuta Raja itu disebut Alue Naga, disana terdapat sebuah sungai kecil yang disekitarnya di penuhi rawa-rawa yang selalu tergenang dari air mata penyesalan seekor naga yang telah mengkhianati sahabatnya. Cerita Lainnnya ==>> Legenda Lutung Kasarung
CeritaRakyat Nusantara "Legenda Lutung Kasarung" Cerita Rakyat Nusantara "Legenda Alue Naga" Cerita Rakyat Nusantar 50 Cerita Lucu Singkat (Pendek) Bikin Ngakak Terbaru. Cerita Lucu Singkat (Pendek) - Sudah siap untuk ngakak sampai pingsan membaca cerita cerita lucu kali ini?, persiapkan mental anda sebelum
Cerita Rakyat Alue Naga Asal Aceh - Berikut cerita Aluenaga, cerita rakyat asal Aceh. Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang sultan bernama Meurah. Dia kerap berkunjung ke pedesaan untuk mendengar keluh kesah rakyatnya. Kali ini, di sebuah desa, para rakyatnya mengeluh kehilangan hewan ternaknya. "Sultan, sapi saya hilang dini hari tadi. Kemarin 2 kambing tetangga juga hilang,"keluh seorang rakyat. • Cerita Rakyat Roro Jonggrang Cerita Rakyat Roro Jonggrang dan 999 Candi Baca juga Dongeng Anak Sebelum Tidur Lili dan Kue Raksasa Baca juga Dongeng Beruang dan Naga Mengalahkan Ratu Snego Baca juga Cerita Rakyat Batu Menangis Asal Kalimantan Barat Tidak hanya situ, warga sekitar juga sering merasakan gempa. Gempa itu bersumber dari sebuah bukit. Sultan pun akhirnya memerintahkan sahabatnya, Renggali untuk mencari tahu. Renggali adalah anak Sultan Alam. Renggali pun pergi ke puncak bukit. Di sana ia melihat ada Genangan air yang luas. Tiba-tiba terdengar suara menggelegar minta maaf. "Maafkan aku" begitu suara yang menggelegar menciptakan gempa. Renggali lalu mencari suara itu. Terkejutlah ia saat melihat seekor naga yang tertutup semak belukar. "Siapa kau?" tanya Renggali.
Beritadan foto terbaru Alue Naga - Cerita Rakyat Alue Naga Asal Aceh
Kisah Legenda Alue Naga AcehSuatu hari Sultan Meurah mendapat khabar tentang keresahan rakyatnya di suatu tempat, lalu beliau mengunjungi tempat tersebut yaitu sebuah desa di pinggiran Kuta Raja untuk mengetahui lebih lanjut keluhan rakyatnya.“Tuanku banyak ternak kami raib saat berada di bukit Lamyong,” keluh seorang peternak. “Terkadang bukit itu menyebabkan gempa bumi sehingga sering terjadi longsor dan membahayakan orang yang kebetulan lewat dibawahnya,” tambah yang lainnya. “Sejak kapan kejadian itu?” Tanya Sultan Meurah. “Sudah lama Tuanku, menjelang Ayahanda Tuanku mangkat,” jelas yang di istana Sultan memanggil sahabatnya Renggali, adik dari Raja Linge Mude. “Dari dulu aku heran dengan bukit di Lamnyong itu,” kata Sultan Meurah. “Mengapa ada bukit memanjang disana padahal disekitarnya rawa-rawa yang selalu berair,” sambung Sultan Meurah. “Menurut cerita orang tua, bukit itu tiba-tiba muncul pada suatu malam,” jelas Renggali, “abang hamba, Raja Linge Mude, curiga akan bukit itu saat pertama sekali ke Kuta Raja, seolah-olah bukit itu mamanggilnya,” tambahnya. “Cobalah engkau cari tahu ada apa sebenarnya dengan bukit itu!” Perintah berangkatlah Renggali menuju bukit itu, dia menelusuri setiap jengkal dan sisi bukit tersebut, mulai dari pinggir laut di utara sampai ke kesisi selatan, “bukit yang aneh, “bisik Renggali dalam hati. Kemudian dia mendaki bagian yg lebih tinggi dan berdiri di atasnya, tiba-tiba dari bagian di bawah kakinya mengalir air yang hangat. Renggali kaget dan melompat kebawah sambil berguling. “Maafkan hamba putra Raja Linge!” Tiba-tiba bukit yang tadi di pinjaknya bersuara. Renggali kaget dan segera bersiap-siap, “siapa engkau?” Teriaknya. Air yg mengalir semakin banyak dari bukit itu membasahi kakinya, “hamba naga sahabat ayahmu,” terdengar jawaban dari bukit itu dikuti suara sangat kaget dan di perhatikan dengan seksama bukit itu yang berbentuk kepala ular raksasa walaupun di penuhi semak belukar dan pepohonan. “Engkaukah itu? Lalu di mana ayahku? Tanya Renggali. Air yang mengalir semakin banyak dan menggenangi kaki Renggali. “Panggilah Sultan Alam, hamba akan buat pengakuan!” Isak bukit tersebut. Maka buru-buru Renggali pergi dari tempat aneh tersebut. Sampai di istana hari sudah gelap, Renggali menceritakan kejadian aneh tersebut kepada Sultan.“Itukah Naga Hijau yang menghilang bersama ayahmu?” Tanya Sultan Meurah penasaran. “Mengapa dia ingin menemui ayahku, apakah dia belum tahu Sultan sudah mangkat?” tambah Sultan Meurah. Maka berangkatlah mereka berdua ke bukit itu, sesampai disana tiba-tiba bukit itu bergemuruh. “Mengapa Sultan Alam tidak datang?” Suara dari bukit. “Beliau sudah lama mangkat, sudah lama sekali, mengapa keadaanmu seperti ini Naga Hijau? Kami mengira engkau telah kembali ke negeri mu, lalu dimana Raja Linge?” Tanya Sultan Meurah. Bukit itu begemuruh keras sehingga membuat ketakutan orang-orang tinggal dekat bukit itu.“Hukumlah hamba Sultan Meurah,” pinta bukit itu. “Hamba sudah berkhianat, hamba pantas dihukum,” lanjutnya. “Hamba sudah mencuri dan menghabiskan kerbau putih hadiah dari Tuan Tapa untuk Sultan Alam yang diamanahkan kepada kami dan hamba sudah membunuh Raja Linge,” jelasnya. Tubuh Renggali bergetar mendengar penjelasan Naga Hijau, “bagaimana bisa kamu membunuh sahabatmu sendiri?” Tanya Renggali.“Awalnya hamba diperintah oleh Sultan Alam untuk mengantar hadiah berupa pedang kepada sahabat-sahabatnya, semua sudah sampai hingga tinggal 2 bilah pedang untuk Raja Linge dan Tuan Tapa, maka hamba mengunjungi Raja Linge terlebih dahulu, beliau juga berniat ke tempat Tuan Tapa untuk mengambil obat istrinya, sesampai di sana Tuan Tapa menitipkan 6 ekor kerbau putih untuk Sultan Alam, kerbaunya besar dan ada amanah dari Tuan Tapa maka Raja Linge memutuskan ikut mengantarkan ke Kuta Raja, karena itu kami kembali ke Linge untuk mengantar obat istrinya. Namun di sepanjang jalan hamba tergiur ingin menyantap daging kerbau putih tersebut maka hamba mencuri 2 ekor kerbau tersebut dan hamba menyantapnya, Raja Linge panik dan mencari pencurinya lalu hamba memfitnah Kule si raja harimau sebagai pencurinya, lalu Raja Linge perjalanan dari Linge ke Kuta Raja kami beristirahat di tepi sungai Peusangan dan terbit lagi selera hamba untuk melahap kerbau yang lezat itu, lalu hamba mencuri 2 ekor lagi, Raja Linge marah besar lalu hamba memfitnah Buya si raja buaya sebagai pencurinya maka dibunuhlah buaya itu. Saat akan masuk Kuta Raja, Raja Linge membersihkan diri dan bersalin pakaian ditepi sungai, lalu hamba mencuri 2 ekor kerbau dan menyantapnya tetapi kali ini Raja Linge mengetahuinya lalu kami bertengkar dan berkelahi, Raja Linge memiliki kesempatan membunuh hamba tetapi dia tidak melakukannya sehingga hamba lah yang membunuhnya,” cerita naga sambil berurai air mata.“Maafkanlah hamba, hukumlah hamba!” terdengar isak tangis sang naga. Mengapa engkau terjebak disini?” Tanya Sultan Meurah. “Raja Linge menusukkan pedangnya ke bagian tubuh hamba sehingga lumpuhlah tubuh hamba kemudian terjatuh dan menindihnya, sebuah pukulan Raja Linge ke tanah membuat tanah terbelah dan hamba tertimbun di sini bersamanya,” jelas sang naga.“Hamba menerima keadaan ini, biarlah hamba mati dan terkubur bersama sahabat hamba,” pinta Naga Hijau. “Berilah dia hukuman Renggali, engkau dan abangmu lebih berhak menghukumnya,” kata Sultan Meurah. “Ayah hamba tidak ingin membunuhnya, apalagi hamba, hamba akan membebaskannya,” jawab Renggali. “Tidak! Hamba ingin di hukum sesuai dengan perbuatan hamba,” pinta Naga Hijau. “Kalau begitu bebaskanlah dia!” Perintah Sultan berjalanlah mereka berdua mengelilingi tubuh naga untuk mencari pedang milik Raja Linge, setelah menemukannya, Renggali menarik dengan kuat dan terlepaslah pedang tersebut namun Naga Hijau tetap tidak mau bergerak. “Hukumlah hamba Sultan Meurah!” Pinta Naga Hijau. “Sudah cukup hukuman yang kamu terima dari Raja Linge, putranya sudah membebaskanmu, pergilah ke negerimu!” Perintah Sultan menangis naga tersebut menggeser tubuhnya dan perlahan menuju laut. Maka terbentuklah sebuah alur atau sungai kecil akibat pergerakan naga tersebut. Maka di kemudian hari daerah di pinggiran Kuta Raja itu disebut Alue Naga, disana terdapat sebuah sungai kecil yang disekitarnya dipenuhi rawa-rawa yang selalu tergenang dari air mata penyesalan seekor naga yang telah mengkhianati sahabatnya.
Berikutini adalah cerita rakyat alue naga yang dapat anda simak sebagai berikut. Alkisah terdapat Sultan Meurah yang akan mengunjungi daerah pedesaan di pinggiran Kuta Raja. Banyak rakyat yang mengeluh kehilangan hewan ternak. Bahkan sering kali juga terjadi gempa yang membahayakan orang - orang di sekelilingnya.
Uploaded byhilminato 0% found this document useful 0 votes227 views1 pageDescriptionAlue nagaCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes227 views1 pageCerita Rakyat Alue NagaUploaded byhilminato DescriptionAlue nagaFull descriptionJump to Page You are on page 1of 1Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel the full document with a free trial!Continue Reading with Trial
Renggalitidak mau menghukum Naga Hijau. Ia lalu menarik pedang yang terhunus di tubuh naga dan meminta si naga kembali ke kampung halamannya. Pada 'bukit' bekas tubuh naga terbentuknya sebuah sungai kecil yang dipenuhi rawa-rawa dengan genangan air. Sultan Meurah memberi nama wilayah tersebut Alue Naga. 4. Cerita Rakyat Sangkuriang, Jawa Barat
Cerita rakyat Naga Erau merupakan salah satu legenda populer yang erat kaitannya dengan pelaksanaan festival di Kalimantan Timur. Apakah kamu familier dengan ceritanya? Kalau belum, mari simak kisah lengkapnya dalam artikel ini!Secara lebih spesifik, cerita rakyat Naga Erau berasal dari Tenggarong, yakni ibu kota dari Kabupaten Kutai Kartanegara. Legendanya sendiri mengisahkan tentang dua sosok, yakni Aji Batara Agung Dewa Sakti dan Putri Karang artikel ini, kamu akan menjumpai kisah lengkap dari dongeng legendaris tersebut. Selain itu, ada juga pembahasan mengenai unsur-unsur intrinsik dan fakta menarik yang bisa menambah kira-kira seperti apa cerita rakyat Naga Erau serta pembahasannya? Daripada makin penasaran, lebih baik kamu langsung menyimak kisahnya dalam uraian berikut, yuk! Semoga saja setelah menyimak kisahnya, ada pesan moral yang bisa kamu Rakyat Naga Erau Sumber Wikimedia Commons Pada zaman dulu kala, terdapat sebuah desa yang terletak di lereng sebuah gunung di daerah Kalimantan Timur bernama Jaitan Layar. Desa tersebut dipimpin oleh seorang petinggi dengan istrinya. Meskipun sudah berusia lanjut, tapi mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Pasangan suami istri itu tidak pernah putus asa dan tetap berusaha. Seringkali, mereka pergi bertapa jauh dari kerabat dan penduduk Jaitan Layar. Setiap bertapa, mereka tak henti-hentinya berdoa memohon kepada Dewata agar diberi keturunan. Pada suatu malam, ketika seluruh penduduk di Desa Jaitan Layar tidur terlelap, terdengar bunyi gemuruh di halaman rumah pemimpin dusun. Lingkungan sekitar yang mulanya gelap gulita sekejap menjadi terang benderang. “Cahaya apa itu, Pak?” tanya istri sang Petinggi yang terbangun dari tidurnya. Suaminya hanya menggeleng kepala karena sama-sama tidak tahu. Sang istri kemudian menyuruh suaminya untuk mengecek apa yang yang terjadi di depan rumahnya. Sang Petinggi kemudian memberanikan diri untuk mengecek halaman rumahnya. Ia sangat terkejut melihat keberadaan sebuah batu raga mas di halaman rumahnya. Setelah dicek, ternyata di dalam batu itu terdapat seorang bayi laki-laki yang masih merah seperti baru lahir yang diselimuti kain berwarna emas. Ketika diamati, ternyata tangan kanan bayi laki-laki tersebut memegang sebutir telur ayam. Sementara itu, tangan kirinya memegang sebilah keris emas. Sang bayi terlihat tertidur pulas sambil memegang dua benda di kedua tangannya itu. Keinginan Mendapatkan Anak Dikabulkan Para Dewa Sang Petinggi yang masih mencoba memproses apa yang tengah dialaminya kemudian dikejutkan dengan kehadiran tujuh dewa di hadapan matanya. Dikisahkan dalam cerita rakyat Naga Erau, salah satu dari dewa itu lalu berbicara kepada sang Petinggi. “Berterimakasihlah kamu karena doamu telah dikabulkan oleh para dewa. Bayi ini adalah keturunan dari para dewa di kahyangan. Maka dari itu, kamu tidak boleh menyia-nyiakannya. Cara merawat bayi laki-laki itu juga berbeda dengan bayi-bayi pada umumnya,” ujar sang Dewa. “Kamu jangan sampai meletakan bayi itu sembarangan di atas tikar. Ia harus dipangku secara bergantian oleh kaum kerabat sang Petinggi selama empat puluh hari empat puluh malam. Selain itu, ketika dimandikan, air yang dipakai untuk bayi tersebut haruslah dengan air yang diberi bunga-bungaan, bukan air biasa.” Sang Dewa kemudian melanjutkan pesannya, ” Kelak jika bayi laki-laki itu sudah tumbuh besar, maka ia tidak boleh menginjak tanah sebelum diadakan Erau. Ketika melaksanakan acara Tijak Tanah Menginjak Tanah, kaki anak itu harus diinjakkan pada kepala manusia yang masih hidup dan yang telah mati.” “Selain itu, kaki anak tersebut juga perlu diinjakkan ke kepala kerbau yang telah mati dan yang masih hidup. Saat sang anak ingin mandi di sungai untuk pertama kali, kamu juga hendaknya menggelar Mandi ke Tepian, sama seperti pada upacara Tijak Tanah.” Sang Petinggi menyimak pesan dari sang Dewa dengan seksama. Ia dipenuhi rasa kebahagiaan karena akhirnya bisa memiliki seorang putra. “Terima kasih, Dewa. Saya akan melaksanakan semua petuah Dewa dengan sebaik-baiknya,” ucap sang Petinggi. Setelah selesai menyampaikan pesan kepada sang Petinggi, ketujuh dewa itupun tiba-tiba menghilang. Sang Petinggi lalu membawa bayi laki-laki itu ke rumah dan menceritakan kejadian yang baru saja ia alami pada istrinya. Mendengar penuturan suaminya, sang istri Petinggi merasa sangat bahagia dan jatuh hati dengan bayi laki-laki itu. Bayi tersebut memiliki paras yang tampan bagaikan bulan purnama dengan tubuh yang sehat dan segar. Siapa pun yang memandangnya, akan tumbuh rasa kasih sayang untuk si bayi. Timbul Masalah Soal Menyusui Bayi Keturunan Dewa Sayangnya, bayi itu kemudian tiba-tiba menangis. Pasangan suami istri itu menebak bahwa si bayi merasa kelaparan. Mereka kebingungan karena payudara istri sang Petinggi tidak mungkin mengeluarkan air susu dikarenakan umurnya yang sudah tua. Sang Petinggi kemudian membakar dupa dan setanggi sembari menebar beras kuning dalam cerita rakyat Naga Erau. Ia lalu memanjatkan doa kepada para dewa supaya bisa memberikan keajaiban pada istrinya untuk bisa memproduksi air susu yang harum baunya. Tak disangka, terdengarlah suara dari Kahyangan setelah sang Petinggi selesai memanjatkan doanya. “Nyai Jaitan Layar, usap-usaplah payudaramu dengan tangan berulang kali sampai muncul air susu darinya, ” perintah suara itu. Sang istri Petinggi segera melakukan perintah dari suara kahyangan tersebut. Ia mengusap-usap payudaranya sebelah kanan sebanyak tiga kali. Ajaibnya, air susu benar-benar keluar dari payudara sang istri Petinggi dan memiliki bau yang harum seperti wangi ambar dan kasturi. Pasangan suami istri itu sangat gembira karena bisa memberikan asupan gizi kepada bayi laki-laki keturunan dewa itu. Sang bayi sendiri berhenti menangis dan dengan penuh semangat menyusu pada payudara istri sang Petinggi. Sesuai dengan petuah dari para dewa, bayi laki-laki itu diberi nama Aji Batara Agung Dewa Sakti. Sang Petinggi dan istrinya merawat putra mereka sesuai dengan petunjuk para dewa. Mereka memandikan anaknya dengan menggunakan air bunga. Tiga hari tiga malam kemudian, putuslah tali pusar Aji Batara Agung Dewa Sakti. Kejadian itu dirayakan oleh seluruh penduduk Jaitan Layar dengan sukacita. Mereka merayakannya dengan menembakkan meriam Sapu Jagat sebanyak tujuh kali. Selama empat puluh hari empat puluh malam, Aji dipangku bergantian oleh penduduk desa Jaitan Layar. Mengingat latar belakangnya, mereka menjaga bayi itu dengan sebaik-baiknya karena tidak mau mengecewakan sang Petinggi dan para dewa di kahyangan. Baca juga Legenda Putri Aji Bidara Putih, Asal Usul Terbentuknya Danau Lipan Beserta Ulasan Lengkapnya Pelaksanaan Tradisi Erau Sumber Instagram – astinsoekanto Lima tahun telah berlalu. Aji telah menjadi anak kecil yang bisa berjalan ke sana dan ke mari. Sayangnya, sang Petinggi dan istrinya belum bisa membolehkan putra mereka untuk bermain dengan teman-temannya sebelum upacara Tijak Tanah dilakukan. Beberapa hari kemudian, sang Petinggi dibantu dengan para penduduk Desa Jaitan Layar menggelar pesta Erau yang didalamnya juga dilaksanakan upacara Tijak Tanah dan Mandi ke Tepian. Dalam cerita rakyat Naga Erau, penyelenggaraan pesta Erau dilakukan selama empat puluh hari empat puluh malam secara meriah. Sang Petinggi menyembelih kerbau sesuai dengan perintah para dewa dan menyediakan jenazah untuk upacara Tijak Tanah. Aji Batara Agung Dewa Sakti kemudian diarak dan kakinya dipijakkan pada kepala hewan dan manusia yang telah ditutupi dengan kain berwarna kuning. Setelah upacara Tijak Tanahi selesai, para penduduk Jaitan Layar lalu membawa putra sang Petinggi ke sungai untuk upacara Mandi ke Tepian. Dalam upacara tersebut, Aji dimandikan dan kakinya dipijakkan pada batu yang ada di sungai. Selain putra sang Petinggi, semua warga desa ikut mandi, baik perempuan atau laki-laki, muda dan tua. Selepasnya, Aji Batara Agung Dewa Sakti diarak pulang ke rumah orangtuanya. Oleh orang-orang, putra sang Petinggi itu kemudian dipakaikan baju kebesaran. Aji lalu kembali dibawa ke halaman dengan dilindungi payung agung dan diiringi lagu gamelan Gajah Perwata serta bunyi meriam Sapu Jagat. Ketika penduduk Jaitan Layar sibuk meramaikan arak-arakan itu, tiba-tiba saja terdengar bunyi dentuman guntur yang dahsyat. Suaranya membuat bumi seperti tergoncang disertai hujan panas turun merintik. Namun, kejadian itu rupanya tidak berlangsung lama karena cahaya cerah kembali menerangi langit desa Jaitan Layar. Melihat kejadian itu, penduduk desa lalu menghamparkan kasur agung dan permadani kemudian membaringkan Aji Batara Agung Dewa Sakti di atasnya. Selanjutnya, upacara diteruskan dengan pengasahan gigi putra sang Petinggi yang kemudian diberi makan sirih. Dimulainya Silsilah Raja Kutai Martadipura Setelah itu, pesta Erau dalam cerita rakyat Naga Erau dimulai dengan berbagai macam pertunjukan permainan yang meriah. Para penduduk laki-laki dan perempuan silih berganti menari serta adanya adu binatang untuk hiburan. Beragam makanan dan minuman pun disajikan untuk dinikmati bersama. Pesta itu dilaksanakan hingga tujuh hari tujuh malam dengan tidak putusnya-putusnya. Setelah pesta berakhir, sang Petinggi kemudian membagikan semua bekas bala-balai kepada penduduk yang kurang mampu. Hal yang sama juga dilakukan oleh istri sang Petinggi. Ternyata, pesta Erau itu juga mengundang tamu dari berbagai penjuru negeri karena setelah acara selesai mereka beramai-ramai berpamitan pada sang Petinggi dan Aji. Saat berpamitan, mereka tiada hentinya memuji-muji Aji, “Tak ada seorang pun yang dapat menyamainya, baik wajah tampannya maupun sikapnya yang berwibawa.” Seiring berjalannya waktu, Aji Batara Agung Dewa Sakti tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tampan, gagah, cerdas, dan bijaksana. Ia kemudian diangkat menjadi raja pertama dari Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Marta Dipura 1300–1325. Ketika menjadi raja, Aji mempersunting Putri Karang Melenu. Konon ceritanya, Putri Karang Melenu merupakan titisan dari para dewa di kahyangan yang mulanya berwujud ulat kecil. Ia dirawat oleh petinggi di salah satu desa yang berada di pinggir aliran Sungai Mahakam. Tak disangka, ulat kecil yang dirawat itu lama-kelamaan tumbuh menjadi seekor naga yang besar. Melalui mimpi, naga itu menenangkan orangtua angkatnya supaya tidak takut dengannya karena ia tidak memiliki niat jahat. Ia hanya ingin dibuatkan tangga di depan rumah supaya bisa pergi ke Sungai Mahakam. Sang Petinggu kemudian menceritakannya mimpinya pada istrinya dan segera melaksanakan pesan yang ia dapat. Ketika mengerjakan tangga, sang Petinggi mendapatkan wangsit dari seorang putri yang meminta laki-laki itu untuk mengikuti ke mana pun sang Naga merayap. Putri itu juga meminta agar sang Petinggi membakar wijen hitam serta menaburi tubuh sang Naga dengan beras kuning. Latar Belakang Putri Karang Melenu Benar saja, setelah tangganya selesai, sang Naga dalam cerita rakyat Naga Erau dikisahkan segera turun dari rumah panggung orangtua angkatnya dan merayap menuju Sungai Mahakam. Sesampainya di sunga, sang Naga berenang tujuh kali kali berturut-turut ke bagian hulu dan hilir sungai. Sang Petinggi dan istrinya mengikuti pergerakan naga itu dengan menaiki perahu. Lalu, sang Naga menuju Tepian Batu dan berenang ke kiri serta ke kanan tiga kali sebelum akhirnya menyelam ke dalam sungai. Secara bersamaan, terjadilah peristiwa yang tak diduga di mana air sungai bergejolak dan lewatnya angin yang bertiup kencang. Hujan deras turun bersamaan dengan munculnya guntur dan petir di langit. Sang Petinggi bersama istrinya yang masih terkejut dengan apa yang terjadi di sekitar mereka segera mendayung perahu ke tepian untuk menyelamatkan diri. Namun, peristiwa itu ternyata tidak berlangsung lama karena cuaca tiba-tiba menjadi cerah kembali. Meskipun begitu, pasangan suami istri yang ada di tepian sungai bertanya-tanya keberadaan sang Naga. Ketika masih sibuk mencari, mereka kemudian melihat suatu pemandangan yang menakjubkan. Air Sungai Mahakam di mana menjadi tempat sang Naga tenggelam keluar buih-buih. Selain itu, warna sinar pelangi juga menerpa buih-buih dan menampilkan cahaya yang kemilau. Sang Petinggi dengan istrinya mendekati buih-buih itu dan menemukan sebuah gong besar yang di dalamnya terdapat seorang bayi perempuan. Pasangan suami istri itu segera mendayung perahu mereka untuk menyelamatkan bayi itu. Mereka lalu mengambil gong yang berisi bayi itu dan membawanya pulang ke rumah. Kebetulan, mereka memang telah lama ingin memiliki seorang anak. Sang Petinggi dan istrinya merawat bayi perempuan itu seolah-olah seperti anak kandung mereka sendiri. Mereka sangat bahagia karena bisa membesarkan anak yang merupakan titipan dari kahyangan. Pada suatu malam, sang Petinggi menerima wangsit dari para dewa dalam mimpinya untuk memberikan nama kepada bayi perempuan itu setelah tali pusarnya putus. Tiga hari setelah kejadian di Sungai Mahakam, tali pusar bayi perempuan itu putus dan akhirnya ia diberi nama Putri Karang Melenu. Putri yang memiliki paras cantik dan kepribadian yang luhur itu kemudian dinikahi oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti dan menjadi permaisuri pertama Kerajaan Kutai Martapura. Dari pernikahan tersebut, lahirlah seorang putra bernama Aji Batara Agung Paduka Nira. Begitulah ulasan cerita rakyat lengkap tentang Naga Erau yang berasal dari Kalimantan Timur. Baca juga Legenda Asal-Usul Cikaputrian, Kisah Putri yang Tamak dari Banten Beserta Ulasan Lengkapnya Unsur Intrinsik Legenda Naga Erau Sumber Wikimedia Commons – Peta Kalimantan Timur Sebelumnya, kamu telah menyimak informasi tentang cerita rakyat dari Kalimantan Timur di atas. Nah, sekarang saatnya kamu mengetahui unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam legenda tersebut 1. Tema Inti atau tema cerita dari kisah Naga Erau adalah tentang keluarga. Dongeng ini menggaris bawahi tentang pasangan suami istri yang dikaruniai oleh anak setelah sekian lama memanjat doa kepada para dewa di kahyangan. 2. Tokoh dan Perwatakan Berdasarkan uraian dari dongeng Naga Erau, terdapat beberapa tokoh yang memiliki peran penting dalam perkembangan ceritanya. Sebut saja sang Petinggi Dusun Jaitan Layar, istri, Aji Batara Agung Dewa Sakti, Putri Karang Melanu, serta sang Petinggi dan istrinya yang membesarkan Putri Karang Melanu. Sang Petinggi Dusun Jaitan Layar dan ayah angkat Putri Karang Melanu adalah dua tokoh yang wataknya hampir sama. Sebut saja patuh terhadap perintah dewa, dipercayai oleh penduduk dusun yang mereka pimpin, dan menjadi mencintai anak angkat mereka dengan setulus hati. Istri sang Petinggi Dusun Jaitan Lyar dan ibu angkat Putri Karang Melanu juga menampilkan karakter yang sama. Mereka sama-sama dua wanita yang sabar dan merasa berterima kasih pada para dewa yang telah menitipkan anak kepada mereka. Sementara itu, Aji Batara Agung Dewa Sakti merupakan laki-laki keturunan dewa yang memiliki karakter bijaksana, berani, dan bertanggung jawab sebagai pemimpin. Untuk Putri Karang Melanu sendiri, ia digambarkan sebagai perempuan yang tidak hanya cantik wajahnya, tapi juga hatinya. 3. Latar Pengambilan lokasi kejadian dalam cerita rakyat Naga Erau berada di beberapa tempat. Sebut saja kamar, rumah panggung, halaman rumah, dan Sungai Mahakam. 4. Alur Kisah legendaris dari Kota Tenggarong di atas memiliki alur campuran, yakni maju dan mundur. Mulanya, dongeng itu menceritakan tentang Aji Batara Agung Dewa Sakti yang merupakan raja pertama dari Kerajaan Kutai Martapura. Konflik terjadi ketika Aji yang ingin bermain tapi tidak diizinkan oleh orangtuanya karena mesti melakukan ritual Tijak Tanah, Mandi ke Tepian, dan Erau. Ketika sudah dewasa, ia kemudian menikah dengan Putri Karang Melenu. Legenda itu diakhiri dengan lahirnya seorang putra bernama Aji Batara Agung Paduka Nira dari pasangan raja dan permaisuri tersebut. Keluarga ini menjadi keluarga kerajaan pertama dari Kerajaan Kutai Martapura. 5. Pesan Moral Amanat atau pesan moral dalam legenda Naga Erau mengajarkan tentang pentingnya sikap untuk bertanggung jawab dan amanah ketika mendapatkan perintah. Selain itu, kisah ini juga menceritakan tentang kesabaran pasangan suami istri yang tak kunjung dikaruniai seorang anak. Meskipun hanyalah dongeng, hadirnya anak laki-laki dan perempuan yang masing-masing diberikan kepada pasangan suami istri pimpinan desa adalah sebagai bentuk perwujudan untuk jangan putus harapan. Bukan hanya itu saja, kisah di atas juga mengajarkan bahwa tidak ada salahnya mengangkat anak apabila memang tidak bisa memiliki anak kandung. Baca juga Kisah Batu Rantai dari Kepulauan Riau yang Sarat Pesan Moral Beserta Ulasan Lengkapnya Fakta Menarik Sumber Instagram – adnan09_ Sebelumnya, kamu sudah menyimak ulasan tentang unsur-unsur intrinsiknya, kan? Nah, berikut ini ada fakta menarik dari cerita rakyat Naga Erau yang tidak boleh kamu lewatkan 1. Kerajaan Hindu Tertua di Indonesia Kerajaan Kutai Martapura merupakan kerajaan hindu tertua di Indonesia yang didirikan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti. Keberadaan kerajaan ini didapatkan dari peninggalan prasasti yupa yang ditemukan di Bukit Brubus, Muara Kaman, Kalimantan Timur. Meskipun awalnya menganut agama Hindu, raja-raja Kerajaan Kutai Martapura menyambut baik adanya penyebaran agama Islam di wilayahnya. Hingga pada akhirnya, kerajaan ini kemudian melebur dengan Kesultanan Kutai Kartanegara yang menganut agama Islam pada tahun 1575. 2. Festival Erau Festival Erau merupakan tradisi peninggalan dari Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti yang sering dilaksanakan dalam acara penobatan raja-raja Kerajaan Kutai Kartanegara. Kata erau berasal dari bahasa Kutai, eroh, yang artinya adalah ramai atau riuh. Pelaksanaan tradisi Erau menurut tata cara Kesultanan Kutai Kartanegara terakhir dilakukan pada tahun 1965. Namun, acara ini kemudian dihidupkan kembali pada tahun 1971 untuk merayakan peringatan ulang tahun Kota Tenggarong setiap 2 tahun sekali. Tradisi Erau lalu berkembang menjadi pesta rakyat dan festival budaya yang diramaikan oleh para penduduk dari berbagai daerah Kota Tenggarong. Puncak dari festival ini ditandai dengan acara belimbur atau siram-siraman air antar penduduk. Baca juga Kisah Abu Nawas tentang Pesan Bagi Para Hakim dan Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Selalu Profesional dalam Bekerja Cerita Rakyat Naga Erau yang Memiliki Nilai Historis Demikian rangkuman dari legenda naga yang ada di Sungai Mahakam. Dari kisah tersebut, kamu dapat menyimpulkan bahwa Erau merupakan tradisi yang memiliki sejarah panjang di Kalimantan Timur. Kamu bisa menjadikan cerita rakyat tersebut sebagai dongeng pengantar tidur. Atau, kisah awal mula raja Kerajaan Kutai Martadipura itu juga bisa kamu sampaikan untuk menghibur para keponakan dalam acara kumpul keluarga. Selain kisah ini, masih banyak legenda ataupun dongeng lain yang dapat kamu jumpai di PosKata. Beberapa di antaranya adalah cerita rakyat Nenek Luhu, kisah Pak Lebai, dan legenda Nyi Roro Kidul. Selamat membaca! PenulisAulia DianPenulis yang suka membahas makeup dan entertainment. Lulusan Sastra Inggris dari Universitas Brawijaya ini sedang berusaha mewujudkan mimpi untuk bisa menguasai lebih dari tiga bahasa. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
CeritaRakyat Alue Naga Asal Aceh. TRIBUNJATENG.COM - Berikut cerita Aluenaga, cerita rakyat asal Aceh. Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang sultan bernama Meurah. Dia kerap berkunjung ke
OLEH AMRULLAH BUSTAMAM, Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh, melaporkan dari Banda Aceh Gampong Alue Naga di Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, ternyata punya legenda menarik tentang naga. Saat menelusuri literasi, saya dapatkan dua versi cerita rakyat terkait asal-usul istilah Alue Naga ini. Versi pertama, legenda yang mengisahkan tentang sang Naga Hijau dari Kerajaan Linge. Naga tersebut konon berkhianat pada sahabatnya, yakni Raja Linge. Karena berkhianat, naga mendapat tusukan pedang raja di tubuhnya setelah berkelahi gegara sang naga memakan seluruh kerbau putih yang merupakan amanah Tuan Tapa dari Selatan. Kerbau putih itu dititipkan pada Raja Linge untuk diserahkan kepada Sultan Alam. Di akhir cerita, meski sang naga meminta untuk dihukum oleh Renggali yang merupakan putra Raja Linge, tapi naga yang telah lama menjelma jadi sebuah bukit di kawasan Lamnyong itu-setelah sekian lama tak bisa bergerak akibat tusukan raja–justru dilepaskan Renggali untuk kembali ke asalnya. Ia tak ingin membunuh naga tersebut. Alasan utamanya adalah sang naga adalah sahabat ayahnya. Raja Linge saja tidak tega membunuh sang naga, apalagi Renggali, anak beliau. Maka, pulanglah sang naga ke asalnya. Sembari menangis, naga tersebut menggeser tubuhnya yang terluka dan bergerak perlahan menuju laut. Di tempat yang ia lewati itulah terbentuk sebuah alur atau sungai kecil. Kemudian, daerah inilah yang disebut Alue Naga. Cerita versi ini sudah diekspoe sejak tahun 2018 di laman web bahkan kisah Alue Naga ini sudah diangkat menjadi film kartu di channel Youtube Dongeng Kita dan Chanel Legenda dari Negeri Aceh Alue Naga. Versi kedua tentang asal-usul nama Alue Naga ini berawal dari ujung paling utara Pulau Perca Andalas/Sumatra sekarang. Terdapatlah sebuah kerajaan bernama Kerajaan Alam, rajanya berjuluk Mahkota Alam Meukuta Alam, sedangkan ibu kotanya bernama Kota Alam Kuta Alam. Sang Raja memiliki sahabat, yaitu seekor naga hijau. Kerajaan Alam ini sangat makmur karena letaknya sangat stategis, yakni terletak di ujung selat yang sangat ramai. Di sebelah timur Kerajaan Alam dipisahkan oleh sebuah sungai terdapat sebuah kerajaan lain yang bernama Kerajaan Pedir yang merupakan saingan Kerajaan Alam. Suatu ketika Kerajaan Pedir melakukan gangguan melalui jalur laut, tapi selalu kalah. Pasukan Kerajaan Pedir sendiri tidak bisa memasuki wilayah Kerajaan Alam karena di sisi sungai yang memisahkan kedua kerajaan tersebut hidup naga sakti bernama Sabang. Raja Pedir sangat kesal dan memanggil dua orang jagoan yang mampu menghadapi naga Sabang. Mereka adalah dua raksasa sangat sakti yang bernama Seulawah Agam dan Seulawah Inong. Singkat cerita, pada saat yang ditentukan, terjadilah pertarungan di perbatasan antara Kerajaan Alam dan Kerajaan Pedir disaksikan oleh rakyat kedua kerajaan tersebut. Pertarungan dua lawan satu berakhir dengan tertebasnya leher naga. Kemudian, Seulawah Agam melemparkan kepala naga Sabang ke arah utara. Lemparan kepala naga tersebut jatuh di darat Kerajaan Alam, tapi terus berguling membentuk sebuah alur dan berhenti di tepi pantai utara Kerajaan Alam. Lokasi alur bergulingnya kepala naga Sabang menjadi sungai yang pada muaranya itu kelak dikenal dengan nama Alue Naga. Pra dan pascatsunami Alue Naga merupakan kawasan yang sering mengundang sensasi dan menarik banyak peneliti untuk datang ke sini. Sebelum tsunami, Alue Naga terkenal karena kisah Pulau Diamat yang sekarang menjadi Dusun Po Diamat. Dusun ini terletak di pesisir ujung Krueng Cut Gampong Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Dulunya dusun ini merupakan tempat pengasingan penduduk yang memiliki riwayat penyakit kusta atau lepra sejak tahun 1960. Pulau Diamat ini merupakan pulau pengasingan bagi pengidap kusta yang berasal dari berbagai daerah di Aceh, tapi pascatsunami hanya tinggal lima orang lagi. Alhamdulillah kondisi mereka sudah sembuh semua dan setiap tahunnya secara khusus Baitul Mal Kota Banda Aceh membantu masyarakat yang memiliki riwayat penyakit tersebut. Melalui senif fakir uzur disantuni per tiga bulan guna membantu ekonomi mareka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Selanjutnya kasus tanah erfach, banyaknya tanah erfach dengan statusnya yang tidak jelas pascatsunami berimbas pada telatnya proses rehab rekon di Gampong Alue Naga saat itu. Untuk menyelesaikannnya, salah satu Forum NGO Luar Negeri yang tergabung dalam Aceh Habitat Club coba menggagas penelitian dan diskusi untuk mencari solusi terkait percepatan pembangun di Alue Naga yang luluh lantak saat tsunami 2004 dan menghilangkan infrastruktur tanah meliputi lebih kurang hektare persil tanah. Banyak NGO Asing yang telah berpartisipasi di Alue Naga saat itu, seperti CRS, Muslim Aid, Mercy Corp, Caritas Germany, Save The Children, Oxfam, Kerap/P2KP. dan yang paling konsiten adalah BRR NAD-Nias. Khusus untuk Dusun Podiamat dan Kutaran, tepatnya di Timur Gampong Alue Naga, secara umum 80% persil tanahnya sudah hilang karena hantaman besar tsunami. Di sisi lain masih banyak warga dari kedua dusun ini masih selamat. Persoalan selanjutnya adalah para warga dari dusun ini yang kebanyakan adalah pelaut tidak mau direlokasi ke bukit Neuheun yang sudah didirikan bangunan rumah bantuan. Masyarakat bersikeras bertahan di barak-barak pengungsi. Yang menarik dari adalah masyarakat Alue Naga menyebutkan bahwa mereka adalah pelaut dan tidak mungkin tinggal di bukit, “Maka bawalah bukit itu ke sini Alue Naga bangun kembali gampong kami,” pinta mereka. Untuk menyelesaikan polemik membutuhkan waktu yang cukup lama hal ini karena terkait pengeluaran dana yang cukup besar untuk menimbun kembali lokasi yang sudah menjadi laut pasca tsunami. BRR NAD Nias melalui Satker Perkim akhirnya mengabulkan keinginan masyarakat Alue Naga dan ditimbunlah dua dusun tersebut dengan tanah dan batu dari bukit Ujong Bate. Hasil akhirnya biasa kita lihat sekarang berdirinya puluhan rumah di empat dusun Gampong Alue Naga ini lengkap dengan prasarana lainnya, seperti meunasah, sekolah, dan lainnya. Ada beberapa harapan dari warga Alue Naga yang belum terlaksana kiranya dan membutuhkan perhatian serius dari Pemko Banda Aceh, Pertama, harapan dari perangkat Gampong Alue Naga, sekiranya lokasi Alue Naga dapat dirawat menjadi aset wisata halal sembari meningkatkan perekonomian warga setempat. Harapan ini tampaknya akan segera terealisasi kiranya, karena pihak pemko melalui Dinas Pariwisata Kota banda Aceh telah berencana memugar kembali semua aset wisata dimulai dari barat Ulee Lheue sampai ke timur Alue Naga. Kedua, harapan akan dibangunnya kembali jembatan penghubung dari dusun Kutaran, Podiamat ke Dusun Musafir, Bunot. Jembatan ini pernah dibangun pada masa Presiden Soeharto tapi telah hancur karena terjangan tsunami dan sampai sekarang tidak dibangun kembali. Dan harapan-harapan lainnya seperti yang sudah tercetak dalam blueprint pascatsunami. Alue Naga adalah Mutiara yang dilupakan dan di sia-siakan Pemko Banda Aceh selama ini. Semoga pembangunan Kota Banda Aceh terus berkembang. *
. sdw9mpc9ms.pages.dev/502sdw9mpc9ms.pages.dev/437sdw9mpc9ms.pages.dev/480sdw9mpc9ms.pages.dev/187sdw9mpc9ms.pages.dev/462sdw9mpc9ms.pages.dev/562sdw9mpc9ms.pages.dev/676sdw9mpc9ms.pages.dev/425sdw9mpc9ms.pages.dev/172sdw9mpc9ms.pages.dev/506sdw9mpc9ms.pages.dev/805sdw9mpc9ms.pages.dev/628sdw9mpc9ms.pages.dev/338sdw9mpc9ms.pages.dev/924sdw9mpc9ms.pages.dev/969
cerita rakyat alue naga